side bar

******WEB-BLOG KELAS 6 SDN 1 KARANGSENTUL ********VISI : UNGGUL DALAM PRESTASI, DISIPLIN, TAULADAN DALAM BERTINGKAH LAKU DAN BERAKHLAK MULIA *********TETAP SEMANGAT BELAJAR ***********2021-2022.

Jumat, 03 September 2021

Lanjutan Materi Tematik Kelas 6 Tema 2: Persatuan dalam Perbedaan Subtema 2: Bekerja Sama Mencapai Tujuan

Karangsentul,   Jumat 3 September 2021
Oleh : Bpk Sugiyanto, S.Pd.SD

Materi IPS 

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Setelah peristiwa proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 telah lahir negara baru di dunia, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah dan rakyat Indonesia telah siap untuk membangun Indonesia untuk menjadi sebuah negara yang maju di dunia. Selain itu, pemerintah Indonesia juga berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Di tengah kegembiraan itu, ternyata Belanda ingin menguasai Indonesia kembali. Bangsa Indonesia langsung bersiap mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia.

Secara umum, perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini dibagi menjadi dua cara, yaitu perjuangan secara fisik dengan mengangkat senjata dan perjuangan melalui jalur diplomasi atau perundingan. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini terjadi di berbagai daerah di tanah air.

Perjuangan secara fisik dan melakukan jalur diplomasi yang dilakukan antara lain sebagai berikut.

Perjuangan secara fisik:
  1. -Pertempuran Surabaya 10 November 1945.
  2. -Pertempuran Ambarawa 15 Desember 1945.
  3. -Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945.
  4. -Peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946.
Perjuangan melalui jalur diplomasi atau perundingan:
  1. -Perundingan Linggajati.
  2. -Perjanjian Renville.
  3. -Perundingan Roem Royen.
  4. -Konferensi Meja Bundar (KMB).

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan secara Diplomasi

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak hanya dilakukan melalui perjuangan secara fisik, tetapi juga melalui perjuangan secara diplomasi atau melalui perundingan-perundingan seperti Perjanjian Linggajati, Perjanjian Renville, Perjanjian Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada 10 November 1946 di Linggarjati yang terletak di sebelah selatan Cirebon. Perundingan ini merupakan perundingan pertama antara pihak Indonesia dengan Belanda. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn.

Perundingan Linggarjati


Pada 25 Maret 1947 hasil perundingan Linggarjati ditandatangani. Isi perundingan ini jelas-jelas sangat merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit. 
Isi perundingan Linggarjati adalah sebagai berikut.
  1. -Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
  2. -Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Kalimantan.
  3. -Negara Indonesia dan Belanda merupakan Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu Juliana
Wilayah Indonesia hasil Perjanjian Linggarjati

Hasil perundingan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak tersebut ternyata dilanggar oleh Belanda. Pada 21 Juli 1947, Belanda dengan tiba-tiba menyerang wilayah Republik Indonesia. Belanda berhasil merebut sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sehingga wilayah Indonesia semakin sempit. Tindakan Belanda ini dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I.

Agresi Militer Belanda I

Tindakan agresi Militer Belanda I mendapat tantangan dari dunia internasional. Beberapa negara seperti India, Amerika Serikat, dan Australia mengecam tindakan Belanda ini. Mereka mengusulkan membahasnya di Dewan Keamanan PBB. Pada 1 Agustusn 1947, PBB memerintahkan agar Belanda dan Indonesia menghentikan tembak menembak. Akhirnya, pada 4 Agustus 1947 Belanda mengumumkan gencatan senjata.

Perjanjian Renville

Setelah dimulainya gencatan senjata pada 4 Agustus 1947, PBB kemudian membentuk KTN (Komisi Tiga Negara) yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan perang antara Belanda dan Indonesia. KTN terdiri atas Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda, dan Amerika Serikat yang dipilih oleh Australia dan Belgia (pihak netral).

KTN Memprakarsai terjadinya perjanjian Renville. Perjanjian antara Indonesia dan Belanda ini dilaksanakan di atas kapal Renville milik angkatan laut Amerika Serikat. Perjanjian Renville dilaksanakan pada 8 Desember 1947 dan hasil perjanjiannya ditandatangani pada 17 Januari 1948.

Perjanjian Renville

Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifudin dan delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul kadir. Hasil perjanjian Renville kembali merugikan bangsa Indonesia dan wilayah Indonesia menjadi semakin sempit.

Isi perjanjian Renville adalah sebagai berikut.
  1. -Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatra.
  2. -Tentara Republik Indonesia harus ditarik mundur dari daerah-daerah yang telah diduduki Belanda.
Wilayah Indonesia hasil perjanjian Renville

Ternyata Belanda memang tidak bisa dipegang janjinya. Belanda kembali mengingkari hasil perjanjian yang telah dibuat dengan Indonesia. Pada 19 Desember 1948 Belanda kembali melancarkan agresi militernya yang dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda II. Dalam agresi ini Belanda berhasil merebut Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia. Belanda juga menangkap dan mengasingkan Soekarno-Hatta ke Pulau Bangka. Sebelum tertangkap, Presiden Soekarno berhasil menghubungi Mr. Syarifuddin Prawiranegara melalui siaran radio. Presiden Soekarno memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang berada di Sumatra untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ibu kotanya Bukit Tinggi.

Tempat yang pernah dijadikan Kantor PDRI

Agresi Militer Belanda II mendapatkan tantangan dari dunia internasional, terutama negara-negara Asia yang simpati akan perjuangan bangsa Indonesia. Mereka menuntut agar Belanda segera ditarik keluar dari Indonesia. PBB membentuk UNCI(United Nation Commission for Indonesia) atau Komisi PBB untuk Indonesia untuk kembali membantu menyelesaikan masalah Indonesia dan Belanda. UNCI memrakarsai perundingan Roem Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Agresi Militer Belanda II

Perundingan Roem Royen

Pada 4 April 1949 Indonesia dan Belanda dipertemukan lagi dalam meja perundingan oleh UNCI. Perundingan tersebut disebut perundingan Roem Royen dan dilaksanakan di Jakarta. Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem dan delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. Van Royen.

Perundingan Roem Royen

Isi perjanjian Roem Royen adalah sebagai berikut.
  1. -Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta pada 1 Juli 1949.
  2. -Menghentikan semua gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.
  3. -Belanda menyetujui Republik Indonesia Serikat sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
  4. -Akan diselenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Belanda dan Indonesia di Den Haag setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.

Konferensi Meja Bundar (KMB)

Sebagai tindak lanjut Perundingan Roem Royen, pada 23 Agustus 1949 - 2 November 1949 dilaksanakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr. Moh. Hatta dan delegasi BFO (Badan Musyawarah Negara-Negara Federal) dipimpin oleh Sultan Hamid II, dan Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen. Sementara UNCI dipimpin oleh Chritchley.

KMB di Den Haag Belanda

Isi perundingan KMB sebagai berikut.
  1. -Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949.
  2. -RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia-Belanda.
  3. -Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda.
Wilayah Indonesia setelah KMB

Berdasarkan isi KMB, pada 27 Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS. Penandatanganan dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Belanda dan di Indonesia. Di Belanda, perjanjian ditandatangani oleh Drs. Moh. Hatta sebagai wakil dari Indonesia dan Ratu Juliana sebagai perwakilan dari Belanda.

Adapun di Indonesia pengakuan kedaulatan ditandatangani oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai perwakilan dari Indonesia dan Mr. A.H.S. Lovink sebagai perwakilan dari Belanda. Dengan ditandatanganinya pengakuan kedaulatan oleh Belanda, sejak hari itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat.


Demikian Materi Tematik kali ini.

TUGAS UNTUK HARI JUMAT 3 SEPTEMBER 2021 

KERJAKAN DI BUKU TULISMU,  HASIL PEKERJAANMU DIFOTO, KIRIMKAN KE PAK GURU LEWAT JAPRI !

SOAL TIDAK USAH DITULIS HANYA JAWABANNYA SAJA.


1. Sebutkan tanggal berapa dan tempatnya dimana perundingan-perundingan di bawah ini :
    - Linggarjati
    - Renville
    - Roem-Royen
    - KMB
2. Sebutkan pimpinan delegasi Indonesia dalam perundingan-perundingan di bawah ini :
    - Linggarjati
    - Renville
    - Roem-Royen
    - KMB








Tidak ada komentar:

Posting Komentar